Berlaku Adil Dalam Keadaan Rela atau Marah

Muara Enim1781 Dilihat

Oleh : Marsal ( Penghulu KUA Kecamatan Muara Enim.

Wartainspirasi.com, Muara Enim– Bersikap adil dalam keadaan marah merupakan hal yang tidak mudah, karena sesungguhnya kebanyakan manusia tidak mampu menguasai diri dalam keadaan marah. Oleh karena itu Rasulullah saw mengajarkan sebuah di doa yang dalam bahasa kita sebagai berikut
Ya Allah, dengan ilmu Mu Atas segala yang gaib dan Kuasa Mu atas segala mahluk, hidupkan lah aku selama Engkau ketahui ( dan sungguh Engkau telah mengetahui nya) bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika lebih baik bagiku.

Ya Allah, aku mohon kepada Mu kalimat ikhlas, rasa takut pada Mu dalam suka dan marah dan kesederhanaan ketika kaya dan miskin. Aku mohon kepada Mu untuk dapat memandang wajah Mu, merindukan pertemuan dengan Mu. Aku berlindung kepada Mu dari derita yang menyengsarakan dan fitnah yang menggelapkan .Ya Allah, hiasilah diri kami dengan hiasan iman, jadikanlah kami orang orang yang memberi petunjuk dari yang diberi petunjuk ( HR. Ahmad dan Nasai).

Melalui riwayat riwayat berikutnya Rasulullah saw menuturkan perihal orang yang dapat bersikap adil ketika marah sehinggthak itu menyebabkan penyesalan dan kerugian bagi dirinya.
Rasulullah saw bersabda dakam bahasa kita : Ada seorang berkata Aku bersumpah, Allah tidak akan mengampuni si fulan, Padahal sesungguhnya Allah swt telah berfirman : Siapa yang lancang mengatakan ( atas nana Ku) bahwa Aku tidak akan mengampuni di fulan?. Aku telah mengampuni si fulan dan Aku telah menggugurkan amarahmu ( HR. Muslim)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw dan berkata kepada beliau : Berilah aku wasiat. “.Rasulullah saw bersabda. : ” Jangan marah ” . Lelaki itu mengulang ulang permintaannya, sedang Rasulullah saw tetap mengatakan : JANGAN MARAH”.
Dalam kitab Masawi al akhlak karangan al-Kharaithi bahwa Urwah bib Zubair ra berkata : Tertulis dalam kitab hukum: Wahai Daud, jauhilah amarah, karena amarah itu dapat merusak hati orang orang yang bijaksana.
Demikianlah beberapa hadis yang dapat kita renungkan bahwa menahan amarah adalah sunnah Rasul Muhammad saw, nabi panutan kita.

Al-‘Adl fir-Ridho wal-Ghodhob (berlaku “adil”, dalam keadaan Rela atau Marah)

Al-‘Adl (justice, fairness) artinya bersikap seimbang, sama, fair, terhadap dua objek yang bertolak belakang atau meletakkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan porsi dan proporsinya. Lawan dari adil adalah “dholim” (injustice), yang berarti aniaya kepada diri sendiri atau kepada orang lain serta sikap-sikap yang menjurus pada ketidak-adilan, seperti tirani, sewenang-wenang, memihak, merampas hak-hak orang lain, dan lain-lainnya. Dalam Islam, keadilan menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dan merupakan “inti dari substansi” ajaran Islam, terutama dalam aspek kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai inti dari ajarannya, Islam tidaklah demikian. Kasih dalam kehidupan pribadi, apalagi sosial, bisa berdampak buruk dan negatif Sekedar contoh, seorang hakim seringkali tidak tega menghukum seorang penjahat, gara-gara dia kasih atau sayang kepada si penjahat tersebut, dengan berbagai latar belakangnya.. Jadi, keadilan yang ditegakkan dengan sebenar-benarnya pasti mengandung kasih, Tapi kasih, apalagi yang berlebihan, justru seringkali bertolak belakang dengan keadilan dan rasa keadilan. Dalam hal ini, Al-Quran memerintahkan kita untuk selalu bersikap adil, hatta kepada diri sendiri, kepada ayah ibu, dan kepada keluarga dekat kita (QS, An-Nisa’, 4, 135). Bahkan kita diperintahakan untuk tetap bersikap adil kepada musuh-musuh kita, walaupun kita tidak suka kepada mereka (Al-Maidah, 5, 8): Subhanallah wa shodaqollah.

Dalam hadits ini, Allah dan Rasulnya menyuruh kita untuk senantiasa bersikap “adil” dalam segala situasi dan kondisi, kepada siapa dan kepada apa saja. : baik ketika kita sedang ridho (suka, senang, like) maupun ketika kita sedang ghodhob (marah, tidak suka, dislike). Sikap ridho/like, biasanya muncul karena adanya hubungan kekeluargaan atau persahabatan, karena punya interes tertentu, baik pribadi atau kelompok, bahkan bisa karena adanya unsur sogok menyogok (risywah). Sedangkan ghodhob/dislike, biasanya muncul karena adanya penyakit-penyakit dalam hati (ghillun fil qolb), seperti dendam, iri hati, hasud, dll. Berlaku adil dalam keadaan ridho “sama sulitnya” dengan berlaku adil dalam keadaan ghodhob Karena itu, seseorang yang sedang terlibat dalam suatu masalah, atau sedang dikuasai oleh nafsu “like or dislike”, sebaiknya tidak menjadi hakim yang memutuskan suatu masalah, karena bisa menjurus pada kedholiman dan ketidak adilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *